Kamis, 04 Februari 2010

Parjambaran

Adapun "parjambaran" atau "jambar" ialah pemberian berupa uang atau daging dalam pesta atau perkerjaan adat, yang wajid diserahkan oleh "suhut" ( tuan rumah ) kepada tiap undangan menurut kedudukan (ads: adatbatak.com) yang bersangkutan dalam hubungan kekeluargaan dengan "suhut". Selain "jambar uang" (yaitu kesempatan memberika kata sambutan, doa restu, nasihat dan lain sebagainya).

ada "umpasa" ( yaitu semacam pepatah yang berbentuk sajak) yang menyatakan filsafat batak mengenai "jambar" yaitu yang bunyinya sebagai berikut:

Molo siat di parsoburan
Laos siat do i di panggagatan;
Molo tangkas do di pertuturan,
Laos Tangkas do i di perjambaran.

artinya : kalau muat di tempat minum,
tentu muat juga di tempat makan;
kalau terang ada tali kekeluargaan,
sudah terang ada hak menerima "parjambaran".

Adalah sangat unik, bahwa orang batak pada jamuan makan dalam semua hal perkerjaan adat,selalu membagi "parjambaran" (ads: adatbatak.com) yang dinamai "jambat juhut" ( jambar gaging) sehabis bersantap. ( biasanya semua orang di pesta itu dapat sebungkus dading di dalam pelastik untuk di bawa pulang). sesudah itu barulah kepada pada undangan diberi kesempatan untuk menyampaikan kata sambutan. Kesempatan menyampaikan kata sambutan inilah yang disebut "Jambar hata" . didalam tiap perkerjaan adat, kedua macam jambar itu yaitu " jambar jahut" dan "jambar hata" wajib diberikan oleh "suhut" kepada undangannya. undangan yang dilupakan, walaupun tidak dengan sengaja , (istilah batak "halioan"), yang bersangkutan akan merasa sangat tersinggung dan akan menuntut haknya, kadang-kadang dengan nada marah. Biasanya dan memang juga seharusnya, "Jambar Juhut" lah yang pertama diberikan dari "jambar juhut" ini lah nanti nampak bagaimana hubungan keluarga undangan dengan "suhut". dan "jambar" "juhut" yang diterima oleh seseorang nanti akan menentukan, "jambar hata" yang bagaimana akan diterimanya kelak.jadi seseorang yang menerima "jambar juhut" untuk "Hula Hula" (yaitu pamili dari pihak orang tua istri "suhut" Sering di sebut dengan panggilan TULANG ). haruslah menerima "jambar hata" untuk "hula hula", yaitu ia harus memberi kata sambutan yang sesuai degnan kedudukannya sebagai "hula hula".

Sering penulis pada jamuan makan adapt mendengar “keluhan” dari pihak orang muda-mudi, “buat apa lagi membagi-bagi parjambaran juhut?. Kan kita udah kenyang makan; itu membuang-buang waktu saja; (ads: adatbatak.com) apalah artinya sekerat kecil daging ‘atau sepotong tulang?. Omong kosong “parjambaran juhut” itu , sudah waktunya sekarang meninggalkan kebiasaan itu”. bergitu lah kira-kira bunyi omelan itu. Tetapi penulis berfikir, sekiranya kita mengetaui makna dan tujuan perjambaran” itu serta sejarah permulaanya, bagaimana pun, kita menghargai kebiasaan itu dengan sewajarnya dan akan merasa bangga mempunyai nenek leluhur yang mempunyai filsafat tinggi dalam ilmu sosialogi.

Pada suatau jamuan makan adapt, terlebih-lebih yang besar, sudah tentu diantara tamu yang banyak itu banyak pula yang belum saling berkenalan. Maka salah satu guna dan tujuan “parjambaran juhut” itulah untuk memperkenalkan kepada semua undangan hubungan kekeluargaan tiap undangan dengan “suhut” sesuai dengan bunyi “umpasa”:

Sinintak abit laho pasiding somotsomot,
Binagi perjambaran laos partuduhon persolhot.

Artinya : Tujuan membagi-bagi “perjambaran juhut” ialah juga untuk memperkenalkan hubungan kekeluargaan “suhut” (ads: adatbatak.com) dengan para undangan. Dengan demikian undangan yang semula tidak saling berkenalan, bukan lagi hanya menjadi berkenalan saja, tetapi dapat juga menyimpulkan hubungan kekeluargaan mereka itu sendiri satu sama lain; jadi tiap jamuan makan adata yang kita hadiri, akan dapat memperluas bidang kekeluargaan kita.

Permulaan sejarah “parjambaran juhut” itu adalah sebagai berikut :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar